Jumat, 31 Januari 2014

Berburu Duren Ke Wonosalam Jombang

Hari ini Jumat 31 Januari 2013, kami sekeluarga liburan ke Kecamatan Wonosalam Jombang. Maklum saja karena hari ini tanggal merah dalam rangka memperingati Imlek

Kami berangkat dari Gresik pukul 08.30 WIB. Perjalanan menuju Jombang terasa panjang karena macet di bypass Mojokerto. Awalnya kami berencana lewat Brangkal ke selatan, yaitu lewat desa Jambuwok, tapi karena jalan semakin sempit, saya tidak yakin kalau jalur ini benar (belakangan kami ketahui kalau memang itu jalan tercepat menuju ke Wonosalam). Akhirnya kami menempuh jalan sebelum Mojoagung melewati wanawisata Sumberboto.

Kami sempat makan siang di Kec. Bareng sekitar pukul 12 siang, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju desa Galengdowo. Awalnya saya ingin ke arah desa Pengajaran karena di desa itu terdapat air terjun yang sangat bagus, dinamakan air terjun tretes atau air terjun pengajaran.

Lagi - lagi niat itu batal dan kami langsung belok kiri ke arah Kec. Wonosalam dan langsung berburu duren. Selain duren, Wonosalam terkenal dengan buah rambutannya yang lebat. Saat ini mulai memerah siap dipanen. Hampir di setiap rumah penduduk terdapat pohon duren dan rambutan. Ada pula alpukat dan pete. Hemmmmm.......


Setelah puas makan duren kami pulang kembali ke Gresik dengan mengambil arah kembali ke Mojoagung. Pukul 16.30 kami sudah sampai di rumah kembali

Ekspresi Nisa

Nama lengkap anak ketiga kami adalah Annisa Maritza Jannati. Biasa kami panggil Nisa atau Tik Tik yang berasal dari akhir kata Jannati



Jumat, 24 Januari 2014

Ekspresi Mas Kiki

Ahmad Zulkifli atau kami sehari - harinya kami panggil Mas Kiki, adalah anak kedua kami

Ranupani - Semeru

Jemplang - Bromo

 Mang Engking - Pandaan

Gayane Mas Kiki Kalau Lagi Tidur

Kebun Teh Lawang

 Di Rumah Emak



Weeeeeeekkkkkk.......

 Gollllllllll............

 Gayanya Mas Kiki di Hardtop 80

Ekspresi Kakak Zulfa


DI Hotel Purnama, Batu - Malang


 Di Rumah Makan Mang Engking Pandaan

Gunung Kelud


B r o mo

Kamis, 23 Januari 2014

Foto - Foto Masa Kecil


 
Dikudang Ibuk


 Di Jaga Mas Wawan


Bersama Mas Wawan dan Mas Opik
Di Teras Rumah Wersah


Dusun Wersah

Dusun Wersah......

Iya ! Itulah tempat dimana aku dilahirkan oleh ibuku pada tanggal 5 April 1976. Alamatnya waktu aku kecil adalah Wersah Gg. X No. 12. Berada di Desa Kepanjen Kec./Kab. Jombang, Jawa Timur. Sebuah jalan kecil masih berupa tanah dan di depan rumah mengalir sebuah sungai yang apabila diurut, mengalir dari Kec. Ngoro - Jombang


Layaknya anak kecil lain, tempat bermainku adalah sawah, lapangan dan sungai.Saat berada di sawah, kalau aku dan teman - teman merasa haus, kami tinggal nyuri tebu dan langsung di makan di tempat. Seringkali kami di kerjar - kejar oleh penjaga sawah tebu yang berbadan cebol itu.
Makanan lain saat berada di sawah adalah buah ciplukan. Kalau pulang bisa - bisa aku bawa satu kantong plastik buah ciplukan. Ternyata saat ini buah ciplukan dapat digunakan sebagai obat diabetes

Saat sore hari hari, pada waktu musim layang - layang, kami main di tanah lapang yang juga tidak jauh dari rumah. Bermodal benang yang kami gelas sendiri dari bahan beling / kaca bekas, kami olah benang agar menjadi lebih kuat. Layang - layang terkadang kami buat sendiri atau beli ke Lek Salim seharga Rp. 50. Murah ya ? Maklum saja, waktu itu kan tahun 1985-an. Mengejar layang - layang putus dan sambitan adalah kesukaan kami. Bersama Farid, Ganung dan Cak Iyut kami habiskan waktu hingga maghrib di lapangan

Bermain di sungai depan rumahpun tidak kalah asyiknya. Sungai depan rumah seringkali meluap saat hujan turun. Jalan depan rumah tidak terlihat karena diterjang air. Bersama teman - teman kecilku kami membuat perahu rakitan dari gedebog pisang yang kami naiki dari depan rumah sampai dengan dam air di ujung jalan.
Dan banjir ini tidak pernah bisa diperbaiki alias selalu datang.

Foto dibawah diambil pada tanggal 1 Februari 2013



Mas Wawan ( Kakak pertamaku sedang hujan - hujan dan menikmati banjir)

Mejeng dengan CBR250 Yuks !


Kamis, 09 Januari 2014

My Ride.....CBR-250

Tungganganku ini aku beli bulan Oktober 2011. Sebuah motor kelas 250 CC yang pernah aku mimpikan. Tongkrongannya sengaja aku buat beda dengan mendesain ulang stripnya dengan cutting sticker. Selain itu 100% original semua

Pendakian ke Gunung Penanggungan


Pada tanggal 21 Desember 2013, kami memulai perjalanan menuju Gunung Penanggungan dengan berkumpul dari tempat pemberhentian bus sebelum masuk tol Gresik - Surabaya, tepatnya di roomokalisari pada pukul 6 pagi. Kami merencanakan perjalanan menggunakan angkutan umum. Awalnya kami naik bus jurusan Tambak Osowilangun yang akhirnya berangkat pukul 7 pagi. Kami turun di terminal Pandaan pada pukul 08.30 dan melanjutkan perjalanaan menuju jalur Candi Jolotundo dengan menyewa angkutan umum. Tetapi kami tidak sampai turun di depan lokasi candi karena waktu itu sedang ada perbaikan jalan dari jalan raya trawas menuju candi Jolotundo.



Sebelum melakukan pendakian, kami sempatkan diri untuk mengabadikan momen bagus di sekitar candi Jolotundo. Kami bertemu satu keluarga besar berasal dari Srilanka yang terdiri dari 2 orang dewasa dan 4 anaknya. Mereka menikmati suasana dengan berendam di kolam khusus wanita.

Setelah puas mengambil foto - foto di sekitar candi, pada pukul 11.40 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak penanggungan melalui jalur pendakian di sebelah candi jolotundo.






Perjalanan menuju puncak tidaklah mudah. Awalnya perjalanan kami lancar hingga kami bertemu sebuah pertigaan yang membingungkan, beruntung salah seorang kawan yang sudah berpengalaman menunjukkan arah kiri. Setalah berjalan kira - kira 100 meter, kami bertemu dengan warga setempat menjelang pertigaan Batu Talang dan candi anak. Dari Batu Talang ini kami merasa jalan buntu dan harus kembali menemui warga tadi. Petunjuk mereka ambil arah kiri sampai ke Batu Talang.


Gunung Penanggungan merupakan gunung berapi yang sedang tidur atau sedang dalam keadaan tidak aktif. Gunung Penanggungan sering disebut miniatur Semeru, karena jika di lihat kondisi puncaknya sangat tandus, mirip Semeru. Ketinggian sekitar 1.653 mdpl, puncak penanggungan terdiri dari bebatuan cadas dan jarang di tumbuhi pohon, hingga jika di lihat dari kejauhan mirip kepala botak tanpa rambut.



Pada malam hari, udara di puncak berkisar sekitar 10 - 15 derajat sedangkan pada siang hari berkisar sekitar 15 - 25 derajat. Dari kaki sampai lereng bawah Gunung Penanggungan berupa hutan lindung dengan jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas, kemiri, dawung, bendo, wilingo dan jabon. Di bawah tegakan pohon-pohon raksasa ini, tumbuh tanaman empon - empon seperti kunir, laos, jahe dan bunga - bunga kecil. Lebatnya pepohonan menyebabkan udara di sini terasa lembab, sinar matahari tidak sepenuhnya menembus tanah. Sampai di lereng atas ditumbuhi caliandra, yang bercampur dengan jenis Resap, Pundung dan Sono.Caliandra merah tampak mendominasi, tumbuh lebat hampir menutup permukaan tanah, walaupun pertumbuhannya kerdil di tengah hamparan rumput gebutan. Demikian juga keadaan di puncak; hanya akar rumput gebutan yang mampu tumbuh menerobos kerasnya batuan padas Gunung Penanggungan.

Keadaan medan Gunung Penanggungan tidak berbeda dengan gunung - gunung lain : datar, landai, miring, berbukit dan berjurang. Di kaki gunung, keadaan medannya landai sampai sejauh 2 km. Naik ke atas kemiringannya berkisar 30 - 40 derajat. Di bagian perut gunung agak curam, berkisar 40 -50 derajat sepanjang 1 km. Sampai di dada gunung, banyak jurang - jurang dengan kemiringan berkisar 50 -60 derajat; tanahnya berbatu sepanjang 2 km dari dada, leher sampai puncak gunung. Medannya amat curam, berbatu, licin dan kemiringannya berkisar 60 -80 derajat sepanjang 1,5 km. sampai di puncak, batu - batu padas nampak di sana - sini. Di puncak terdapat lembah, barangkali semacam kawah yang sudah tidak aktif lagi. Luasnya sekitar 4 ha. Tempat ini biasanya dimanfaatkan untuk base camp. Tempat yang nyaman untuk menikmati keindahan pada malam hari.

Keesokan harinya pukul 8 pagi kami turun menuju jalur Trawas. Jalan turun tajam, curam dan licin. Untuk sampai di lokasi perkemahan bawah, saya sempat terpeleset sampat 6 kali. Di sini kami sempat berhenti beristirahat sejenak sambil menunggu beberapa teman yang tertinggal di belakang. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan turun meskipun hujan mulai turun. Ternyata jalur ini cukup curan dan sangat licin pada saat hujan. Rasa - rasanya alas kami tidak ada remnya. Jatuh bangun menghiasi perjalanan kami menuju Trawas


Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 ( empat ) arah pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan via Pandaan. Bagi pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang jalan akan melewati candi - candi peninggalan purbakala. Yang memilih start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan purbakala.

Jalur Trawas
Untuk mencapai Trawas, dari Surabaya atau Dari Malang naik bis menuju Pandaan, naik lagi Minibus menuju ke Trawas. Selama perjalanan jalan yang dilalui sudah beraspal. Dari Desa Trawas,Mojokerto,kita menuju ke desa Rondokuning ( 6 km ) dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Dari desa Rondokuning melewati jalan setapak hutan alam menuju ke puncak Penanggungandengan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang jalan, pendaki akan melihat pemandangan dari celah - celah lebatnya pohon kaliandra, puncak Gunung Bekel yang merupakan anak Gunung Penanggungan terlihat angker. Rumah - rumah penduduk, pabrik - pabrik, sawah - sawah terlihat di bawah.

Jalur Jolotundo
Untuk mencapai Jolotundo dari Trawas naik lagi minibus sekitar 9 Km. Desa Jolotundo merupakan salah satu desa yang berada dekat dengan puncak Gunung Penanggungan ( 6,5 Km ). Pendakian lewat Jolotundo membutuhkan total waktu 3 jam. Perjalanan tidak melewati pedesaan, tetapi langsung menyusup ke dalam hutan alam. kemiringan medannya 40 derajat, melewati jalan setapak. Di kanan - kiri terdapat pohon - pohon besar. Hati - hati, di sekitar sini banyak jalan setapak yang menyesatkan. Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, hutan alam terlewati, berganti memasuki hutan caliandra yang amat lebat dengan jalan menanjak. Berjalan sekitar 30 menit pendaki melewati Batu talang, sebuah batu yang panjangnya 7 km tanpa putus, bersumber dari leher Gunung Penanggungan yang memanjang seperti talang air menerobos hutan sampai ke Desa Jolotundo dan Desa Balekambang. Dari Batu talang, terus menyusup hutan caliandra. Sekitar 300 m, sampailah di Candi Putri, sebuah candi peninggalan Airlangga yang berukuran 7x7x4 m dalam keadaan tidak utuh. Candi Putri ini dikelilingi oleh hutan caliandra yang sangat lebat. Dari Candi Putri, sekitar 200 m sampai di Candi Pure, yaitu sebuah candi yang berukuran 7x6x2 m terbuat dari batu andesit. Dari Candi Pure, sekitar 150 m sampai di Candi Gentong. Disini terdapat meja. Candi gentong dan meja sebenarnya bukan candi, tetapi menurut masyarakat setempat dinamakan candi. Candi Gentong merupakan peninggalan kuno yang terbuat dari batu kali. Posisinya bersebelahan. Gentong terletak di sebelah Utara, meja terletak di sebelah selatan tetapi dalam 1 lokasi. Gentong berdiameter 40 cm bagian mulut dan 90 cm bagian perut, tebal 15 cm. Setengan badannya terpendam di dalam tanah. Sedangkan meja panjang 175 cm, lebar 100 cm dan tinggi 125 cm. Setelah melewati Candi Gentong, perjalanan dilanjutkan menyusur ke atas. Lebih kurang berjalan 50 m sampai di Candi Shinto. Keadaan candi sangat memprihatinkan, panjang 6 m, lebar 6 m, tinggi 3 m, terletak di hutan wilayah RPH Seloliman. Setelah melewati hutan kurang lebih 300 m akan ditemui candi lagi, yaitu Candi Carik dan sekitar 300m Candi Lurah. Dan sampailah di puncak. 

Jalur Ngoro
Untuk mencapai Ngoro bisa dari arah Pandaan atau dari Arah Mojokerto. Dari arah Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangan dari arah Mojokerto naik minibus menuju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung Penanggungan sebelah Utara. Dari desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong ( 6 Km ) dengan kendaraan angkutan pedesaan lalu perjalanan di teruskan menuju dusun Genting sekitar 3 Km. Masyarakat Desa Genting sebagaian besar penduduknya suku Madura. Dari dusun Genting, pendaki naik ke atas memasuki hutan lindung, melewati jalan setapak menyusur ke atas, kemudian menurun dan melewati Candi wayang dan sekitar 2 km menuju puncak dengan medan yang sangat miring antara 70 - 80 derajat. Jalur lewat desa Ngoro ini lebih sulit dibandingkan dengan jalur desa Jolotundo